TEMAN

DEMI MASA

Friday, January 13, 2012

Syarat Sah Solat Jumaat











Gambar2 Masjid Yayasan Mohamed Noah, Genting Highland sebagai Hiasan


Alhamdulillah, shalawat dan salam kepada Nabi kita Muhammad, keluarga dan sahabatnya.

Solat Jumaat sudah kita ketahui bersama adalah suatu kewajiban.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan solat Jumaat , maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah ...” (QS. Al Jumu’ah: 9)

Solat ini diwajibkan bagi:
(1) orang yang mukim (bukan musafir),
(2) Lelaki,
(3) sehat,
(4) merdeka dan
(5) selamat dari lumpuh (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 27: 198-199).

Pelaksanaan solat Jumaat bisa menjadi sah jika memenuhi syarat-syarat berikut ini:

Pertama: Adanya khutbah

Khutbah Jumaat mesti dengan dua kali khutbah karena kebiasaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam demikian adanya. Ini adalah pendapat majoriti ulama, yaitu ulama Syafi’iyah, Malikiyah dan Hambali. Ulama Syafi’iyah menambahkan bahwa Khutbah Jumaat boleh sah jika memenuhi lima syarat:

  1. Ucapan puji syukur pada Allah
  2. Shalawat kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
  3. Wasiat takwa [tiga syarat pertama merupakan syarat dalam dua khutbah sekaligus]
  4. Membaca satu dari ayat Al Qur’an pada salah satu dari dua khutbah
  5. Do’a kepada kaum muslimin di khutbah kedua
Namun sebenarnya khutbah yang dituntunkan adalah yang sesuai petunjuk Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam. Di dalamnya berisi nasihat motivasi dan menjelaskan ancaman-ancaman terhadap suatu maksiat. Inilah hakikat khutbah. Jadi syarat di atas bukanlah syarat yang melazimkan (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1: 583)

Kedua: Harus dilakukan dengan berjama’ah

Dipersyaratkan demikian karena solat Jumaat bermakna banyak orang (jama’ah). Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menunaikan solat ini secara berjama’ah, bahkan hal ini menjadi ijma’ (kata sepakat) para ulama.

Ulama Syafi’iyah dan Hambali memberi syarat 40 orang bisa disebut jama’ah Jumaat. Akan tetapi, menyatakan demikian harus ada dalil pendukung. Kenyataannya tidak ada dalil –sejauh yang kami ketahui- yang mendukung syarat ini. Sehingga syarat disebut jama’ah jumaat adalah seperti halnya jama’ah solat lainnya, yaitu satu orang jama’ah dan satu orang imam (Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1: 593). Yang menyaratkan solat Jumaat bisa dengan hanya seorang makmum dan seorang imam adalah ulama Hanafiyah (Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 27: 202).

Ketiga: Mendapat izin khalayak ramai yang menyebabkan solat Jumaat masyhur atau tersiar.

Sehinga jika ada seorang yang solat di benteng atau istananya, ia menutup pintu-pintunya dan melaksanakan solat bersama anak buahnya, maka solat Jumaat nya tidak sah. Dalil dari hal ini adalah karena diperintahkan adanya panggilan untuk s solat Jumaat sebagaimana dalam ayat,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan solat Jumaat , maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah ...” (QS. Al Jumu’ah: 9)

Panggilan ini menunjukkan solat Jumaat harus tersiar, tidak sembunyi-sembunyi meskipun dengan berjama’ah.

Keempat: Jama’ah solat Jumaat tidak lebih dari satu di satu negeri (kampung)

Karena hikmah disyariatkan solat Jumaat adalah agar kaum muslimin berkumpul dan saling berjumpa. Hal ini sulit tercapai jika beberapa jama’ah solat Jumaat di suatu negeri tanpa ada hajat. Imam Asy Syafi’i, Imam Ahmad dan pendapat masyhur di kalangan madzhab Imam Malik, menyatakan bahwa terlarang berbilangnya jamaah solat Jumaat di suatu negeri (kampung) besar atau kecil kecuali jika ada hajat. Namun para ulama berselisih pendapat tentang batasan negeri tersebut. Ada ulama yang menyatakan batasannya adalah jika suatu negeri terpisah oleh sungai, atau negeri tersebut merupakan negeri yang besar sehingga sulit membuat satu jamaah jum’at.

Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa sallam. Walhamdulillahi Robbil ‘alamin.

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.


[Disarikan dari Al Mawsu’ah Al Fiqhiyyah, 27: 201-204]

@ Ummul Hamam (Riyadh-KSA), di waktu penuh barokah, 12 Shofar 1433 H

Penulis: Muhammad Abdul Tuasikal, ST.
Artikel Muslim.Or.Id

No comments:

Post a Comment

ARKIB NEGARA

KATEGORI

agama (87) Akhlaq dan Nasehat (1) Aqidah (1) Bencana alam (20) Cerita nasihat (24) formula (1) haji (22) Jumaat (8) keluarga (18) Kesihatan (13) Luar Negeri (5) Mekah (2) politik (4) Ramadhan (30) sahabat (3) Sains (17) sajak (8) Seni (2) surah aljumuah (1) tips (18) Umum (50) video (9) video nasyid (1)

My Salute