TEMAN

DEMI MASA

Saturday, July 10, 2010

ISRA’-MI’RAJ - UJIAN IMAN BAGI UMAT ISLAM -



gambar hiasan

Oleh: A.H. Maksum
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Assalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Peristiwa Isra’ bersumber dari Al-Qur’an, Surat Al-Isra’ (17) ayat 1 sbb: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”
Sedangkan peristiwa Mi’raj secara implisit (tidak langsung) disebutkan dalam Al-Qur’an surat An-Najm (53) ayat 13-18 sbb:
“Dan sesungguhnya Muhammad telah lihat Malaikat Jibril (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain. Iaitu ketika berada di Sidratil-Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang maha besar”.
Peristiwa Isra-Mi’raj yang bersumber dari Al-Qur’an tadi juga diperkuat dan diperjelas oleh beberapa hadith (sabda) Rasulullah SAW. yang wajib bagi umat Islam untuk mempercayainya yang intinya dapat kita ringkaskan sbb:
1. Perjalanan Isra’-Mi’raj
Peristiwa Isra’-Mi’raj merupakan salah satu cara penurunan Wahyu dari Tuhan kepada Nabi Muhammad SAW yang isinya berupa perintah solat. Solat atau sembahyang (menyembah Tuhan) merupakan ciri dari ajaran seluruh agama, terlepas dari perbezaan bentuk dan caranya, namun yang jelas semua agama pasti mengajarkan tentang solat (menyembah Tuhan). Mengingat begitu pentingnya kedududukan solat dalam Islam (5x sehari semalam) dibandingkan dengan ibadah lainnya seperti puasa (sebulan dalam setahun), zakat (1x setahun) dan haji (sekali seumur hidup), maka tidak hairan jika proses penurunan wahyunya pun melalui cara yang istimewa pula, yaitu dari Tuhan langsung kepada nabi Muhammad SAW tanpa perantaraan Malaikat Jibril. Peranan Malaikat Jibril disini hanya sebatas mengawal atau mengantar perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjiidil Haram ke Masjidil Aqsa (Isra’) kemudian naik sampai ke langit ketujuh (Mi’raj), Mi’raj artinya tangga (naik ke atas) untuk menghadap Tuhan secara langsung tanpa didampingi Malaikat Jibrildi di “Sidratil Muntaha” guna menerima Wahyu perintah solat. Sidratil Muntaha artinya tempat yang paling jauh atau ujung penghabisan. Jika proses penerimaan Wahyu selain solat melalui sistem 'top down' (dari atas turun ke bumi) melalui Malaikat Jibril disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, sebaliknya wahyu tentang perintah solat melalui sistem 'bottom up', artinya nabi Muhammad SAW yang diangkat ke langit menghadap langsung ke hadrat Tuhan,seperti diangkatnya nabi Isa AS oleh Tuhan dalam versi Al-Qur’an atau kenaikan Tuhan Jesus menurut kepercayaan Kristian.
2. Isra’-Mi’raj sebagai mu’jizat
Dari segi ilmu pengetahuan, peritiwa Isra’-Mi’raj memang bertentangan dengan hukum alam (sunatullah) terutama menyangkut 'space and time' (ruang dan waktu). Dalam waktu semalam Nabi Muhammad SAW bisa menempuh perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso kemudian naik ke atas menembus lapisan langit ketujuh yang berarti kecepatannya harus melebihi kecepatan cahaya dan mampu melampaui batas ruang planet bumi tanpa dibantu alat teknologi moden dan terjadi 15 abad yang lampau. Itulah bukti kebenaran mu’jizat yang diluar jangkauan akal manusia, sesuai dengan pengertian mu’jizat yang bersifat “kharijul’aadah” (diluar kebiasaan) atau bertentangan dengan hukum alam, yang hanya bisa dijangkau melalui kacamata iman, yaitu iman terhadap ke Maha Kekuasaan Tuhan bahwa:
“Sesungguhnya perintahNya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: ”Jadilah!”, maka terjadilah ia (QS Yaasin (36): 82).
Jika hukum alam mengatakan api itu panas misalnya, apa kesulitannya bagi Tuhan Sang Pencipta hukum alam sendiri (sunatullah) untuk merubah sifat api menjadi dingin seperti yang dialami Nabi Ibrahim AS yang tak hangus terbakar api hanya dengan firman-Nya:
”Kami berfirman: “Hai api, menjadilah dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim” (QS Al-Anbiyaa’ (21): 69).
Demikian pula apa kesulitannya bagi Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu untuk hanya sekadar menggerakkan seorang hambanya Muhammad SAW dalam tempoh sekejap menempuh jarak ribuan batu jauhnya. Sebab kedudukan Nabi Muhammad SAW disini tidak lebih sebagai objek, sedangkan subjeknya atau penggeraknya adalah Tuhan sendiri sesuai dengan konteks ayatnya bahwa “Maha Suci Tuhan yang telah menmperjalankan hambanya…..” Artinya peristiwa Isra’-Mi’raj bukan kehendak Nabi Muhammad SAW, melainkan kehendak dan perbuatan Tuhan sendiri. Mu’jizaat berasal dari kata “’ajaza” yang berarti lemah. Mu’jizat artinya sesuatu yang melemahkan atau mengalahkan pihak lawan sebagai bukti kebenaran bagi seorang Nabi atau Rasul.
Ketika Rasulullah SAW menceritakan kepada kaum Quraisy Mekkah tentang peristiwa Isra’-Miraj, mereka membantah dengan hujah bahwa hal tersebut tidak masuk akal. Tetapi hujah mereka dipatahkan (dikalahkan) oleh Rasulullah setelah beliau dapat menjawab dengan benar semua pertanyaan yang diajukan kepada beliau perihal Masjidil Aqso dengan segala cirinya yang dibenarkan oleh mereka yang pernah berkunjung kesana sehingga mereka tak bisa lagi mengingkari kebenaran tersebut.
Anehnya, meskipun mereka tak bisa mengelak dari fakta kebenaran tersebut, tetap saja mereka tidak beriman terhadap kebenaran kenabian dan kerasulan Muhammad SAW.
Hal ini membuktikan bahwa dasar penolakan mereka terhadap kebenaran Isra’-Mi’raj bukan semata2 faktor benar atau salah menurut akal, melainkan lebih dipengaruhi oleh tuntutan hawa nafsunya yang lebih memperhitungkan faktor untung dan rugi, faktor senang dan tidak senang. Memang benar bahwa tidak semua keimanan dalam hati seseorang bisa dibuktikan kebenarannya oleh akal, tapi juga tidak semua kebenaran akal akan serta merta diimani atau diterima oleh hati nurani seseorang. Karena manusia memiliki tiga potensi berupa akal, hati dan nafsu, tergantung faktor mana yang lebih dominan dari ketiga potensi tersebut. Itulah sebabnya Islam mengajarkan berbagai bentuk ibadah agar manusia bisa mengfungsikan akal, nafsu dan hati nuraninya secara proporsional yang akan mengantarkan manusia menuju keimanan.
3. Hikmah Isra’-Mi’raj
Hikmah terpenting dari peristiwa Isra’-mi’raj ialah, selain mengingatkan kita akan pentingnya peranan solat bagi umat Islam sebagai cara yang paling efektief untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, seperti disabdakan Rasulullah SAW bahwa “Assalatu mi’raajul mu’minin” (solat merupakan mi’rajnya kaum mu’minin), peristiwa Isra’-Mi’raj juga sebagai ujian keimanan bagi kaum muslimin. Isra’-Mi’raj terjadi satu tahun sebelum peristiwa Hijrah, dimana umat Islam dalam kondisi lemah dibawah tekanan musuh yang memaksakan umat Islam hijrah ke Madinah setahun kemudian. Dalam kondisi seperti itulah Tuhan menguji kaum muslimin, sejauh mana keimanan dan kesetiaan mereka terhadap Nabi Muhammad SAW. Bagi kaum muslimin yang benar2 beriman akan bertambah teguh imannya, seperti tercermin dari sikap Abu Bakar As-Siddiq RA sahabat dekat Rasulullah SAW ketika ditanya pendapatnya oleh kaum Quraisy tentang peristiwa Isra’-Mi’raj, dengan tegas dia mengatakan: “Jika benar Nabi Muhammad SAW yang mengatakan demikian, lebih dari itupun aku percaya”. Sebaliknya bagi mereka yang imannya lemah, bisa jadi akan bertambah ragu dengan terjadinya peristiwa Isra’-Mi’raj yang oleh kaum Quraisy Mekkah dijadikan alat politik untuk meminggirkan Nabi Muhammad SAW.
Secara kebetulan Isra’-Mi’raj terjadi pada ’aamulhuzni (tahun kesedihan) dimana Rasulullah SAW baru saja ditinggal wafat kedua orang yang sangat berjasa dalam membela perjuangan beliau, ialah isteri tercintanya Khatijah dan pamannya Abu Talib. Momentum ini dimanfaatkan kaum Quraisy untuk melancarkan provokasi terhadap umat Islam dengan tuduhan Muhamamad telah frustasi, putus asa, gila, mengada-ada dengan mengatakan bisa terbang kelangit dan sebaginya gara2 ditinggal mati isteri dan bapa saudaranya. Dalam kondisi yang sedemikian berat dalam mengatasi tekanan psikologi yang amat sangat memerlukan pertolongan Tuhan, tiba2 Nabi Muhammad SAW mendapatkan Wahyu perintah solat.Laksana seorang musafir ditengah hutan belantara yang kehilangan arah tiba2 mendapat kompas penunjuk arah, atau bagaikan seorang yang kehausan di tengah padang pasir tiba2 mendapatkan sumber air yang sejuk.
Sebab, bukankah selama kurang lebih 12 tahun (sebelum Isra’-Mi’raj atau sebelum turunnya perintah solat, Nabi Muhammad SAW telah menanamkan ajaran tauhid (aqidah) terhadap umat Islam tanpa ibadah solat?
artinya, selama itu umat Islam telah mengenal Tuhan sebagai zat Yang Maha Penolong, namun belum memiliki alat komunikasi yang efektif untuk mengadakan kontak langsung dengan Tuhan dalam memohon pertolongan. Maka alangkah bahagianya hati umat Islam ketika Rasulullah SAW pertama kali menyampaikan Wahyu tentang perintah solat sebagai cara untuk mendekatkan diri dan memohon pertolongan kepada Tuhan, seperti tersebut dalam firman Tuhan:
“Mohonlah pertolongan kepada Tuhan dengan cara mendirikan solat dan bersabar” (QS Al-Baqarah (2): 45)
Justru pada saat dimana umat Islam sedang merindukan pertolongan Tuhan. Dengan modal aqidah keimanan yang tangguh dan diperkuat oleh ibadah solat guna mendekatkan diri dan memohon pertolongan kepada Tuhan inilah agama Islam mulai menampakkan kewujudannya sebagai “rahmatan lil’aalamin” (rahmat bagi seluruh alam) terutama setelah peristiwa Hijrah ke Madinah. Peristiwa hijrah juga mempunyai hikmah tersendiri sebagi bukti bahwa Islam adalah agama cinta damai dan anti kekerasan. Artinya selama masih ada jalan untk menghindari peperangan seperti hijrah, Islam tak diperkenankan melakukan perlawanan atau kekerasan. Semua ayat Al-Qur’an yang mewajibkan jihad dalam arti perang diturunkan setelah hijrah.
4. Masjidil Aqso

Adapun hikmah lai yang patut kita renungkan dari peristiwa Isra’-Mi’raj ialah disebutnya nama Masjidil Aqso dalam Surat Al-Isra’ yang mengingatkan kita akan pentingnya kedudukan Masjidil Aqso sebagai tempat suci ketiga bagi umat Islam yang perlu mendapat perhatian dari seluruh umat Islam untuk memuliakannya.
Dengan dicantumkan nama Masjidil Aqso dalam Al-Qur’an yang terkait dengan perjalanan Isra’-Mi’raj, ternyata dapat membangkitkan semangat perjuangan umat Islam untuk mempertahankan kesucian Masjidil Aqsha yang terletak di Palestina, tempat sumber risalah dimana para Nabi dan Rasul dilahirkan, termasuk Nabi Musa AS dan Nabi Isa AS dari keturunan Bani Israil yang memiliki hubungan salasilah dengan Nabi Muhammad SAW melalui garis keturunan Nabi Ibrahim AS. Hal tersebut mengisyaratkan adanya hubungan sejarah maupun theologi antara tiga agama terbesar di dunia yaitu Islam, Kristian dan Yahudi yang semuanya merupakan kelanjutan dari agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim AS. Itulah salah satu kelebihan yang diberikan Tuhan kepada Bani Israil atau bangsa Yahudi sebagai keturunan para Nabi dan Rasul seperti diingatkan Tuhan dalam Al-Qur’an (QS Al-Baqarah (2): 47):
“Wahai Bani Israil, ingatlah kamu akan ni’mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat”.
Dan betapa tingginya kedudukan Nabi Isa AS dan Nabi Musa AS dalam Al-Qur’an yang mewajibkan umat Islam mengimani atau mempercayai kebenaran para Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad SAW termasuk iman terhadap kebenaran Nabi Musa AS dengan kitab Tauratnya, Nabi Isa dengan kitab Injilnya sebagaimana keyakinan umat Islam terhadap kebenaran Nabi Muhammad SAW dengan kitab Al-Qur’an nya seperti tersebut dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah (2) ayat 285:
“Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka mengatakan): “Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya”, dan mereka mengatakan: “Kami dengar dan kami ta’at”. (Mereka berdo’a): “Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali”.
Tapi mengapa dalam perjalanan sejarahnya ketiga agama tersebut saling bermusuhan? Penyebabnya antara lain (menurut Al-Qur’an) karena kaum Yahudi (bangsa Israil) yang pernah dimuliakan dan dimanjakan Allah sebagai keturunan para Nabi dari Bani Israil yang (kalau benar2) mengaku pengikut Nabi Musa AS justru menentang dan memusuhi bahkan berusaha membunuh nabi Isa AS yang sama2 dari keturunan Bani Israil. Demikian pula di zaman nabi Muhammad SAW kaum Yahudi di Madinah berkonspirasi dengan kaum Musyrikin Mekkah memusuhi nabi Muhammad SAW Sikap kaum Yahudi yang selalu menentang setiap kedatangan para Nabi termasuk Nabi Isa AS dan Nabi Muhammad SAW telah terekam dalam kitab suci Al-Qur’an Surat Al-Isra’(17) ayat 4:
“Dan telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab Taurat: “sesungguhnya kamu akan membuat kerosakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri secara berlebihan”.
Menurut para ahli tafsir, kerosakan pertama yang diperbuat kaum Yahudi (Bani Israil) ialah pengingkaran mereka terhadap Nabi Musa AS dan para Nabi sebelumnya, sedangkan kerosakan yang kedua ialah penentangan mereka terhadap Nabi Isa AS. Sampai kapan kerusakan jilid kedua yang ditimbulkan kaum Yahudi ini akan berakhir, Wallahu a’lam (hanya Tuhan Yang Maha Tahu). Tapi Al-Qur’an telah menginformasikan kepada Nabi Muhammad SAW dalam (QS Surat Al-Maidah (5) ayat 82) sbb:
“Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini orang Nasrani”, Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri.”
Ayat tersebut melukiskan kedekatan hubungan umat Islam dengan umat Nasrani di zaman Nabi Muhammad SAW yang sangat berbeza dengan sikap kaum Yahudi yang selalu memusuhi terhadap umat Islam. Telah berkali2 kaum Yahudi di Madinah mengkhianati perjanjian perdamaian “Piagam Madinah” dan akhirnya gerakan mereka dapat ditumpas oleh kekuatan umat Islam berkat kukuhnya persatuan dan ukhuwwah Islamiyah dibawah pimpinan Nabi Muhammad SAW yang menurut catatan sejarah, penduduk Madinah pada waktu itu jumlahnya sekitar 10.000 dan hampir separuhnya orang Yahudi, sedangkan umat Islam termasuk minoriti yang jumlahnya sekitar 1500 (15 %). Itulah bukti kebenaran janji Tuhan dalam Al-Qur’an (QS Surat Al-Baqarah (2): 249)
“....... Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: “Betapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Tentu saja izin Allah ini hanya diberikan kepada mereka yang sanggup mengikuti strategi perjuangan Rasulullah SAW yang kuncinya tak lain ialah persatuan dan Ukhuwwah Islamiyah tadi. Janji Tuhan dalam Al-Qur’an Surat Al-Munafiqun (63) ayat 8 bahwa:
“Mereka berkata: “Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya”. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mu’min, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui.”
tentunya juga tak bisa dilepaskan keterkaitananya dengan firman Tuhan dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imran (3) ayat 103:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni’mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadikanlah kamu karena ni’mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat pentunjuk.”
Krisis Timur Tengah berupa konflik bersenjata antara Israil dengan pasukan Hisbullah di Palestina dan Lebanon yang telah menelan ratusan korban jiwa barangkali bisa dijadikan barometer sampai sejauh mana umat Islam terutama negara2 Arab dalam menteladani strategi perjuangan Nabi Muhammad SAW yang telah berhasil menyatukan umat Islam sehingga memperoleh kemenangan. Barangkali tidak terlalu berlebih2an kalau kami katakan bahwa persatuan umat Islam sekarang ini sangat bersifat longgar, hanya kalau dalam keadaan terpaksa mereka bersatu. Jika dalam keadaan normal, mereka kembali sibuk bertengkar sendiri. Bagaikan anjing berebut tulang, jika datang serigala, barulah mereka bersatu untuk melawannya.

Betapa tak henti-hentinya umat Islam khususnya negara2 Arab meneriakkan jihad fisabilillah melawan kebiadaban agresi Israil terhadap saudara2 kita bangsa Arab Palestina yang merupakan tanggung jawab umat Islam di seluruh dunia. Itulah semangat jihad yang selalu dikobarkan oleh umat Islam tak terkecuali negara2 Arab yang selalu dikaitkan dengan persoalan agama dalam menggalang dukungan umat Islam yang memang patut kita hargai dan kita dukung.. Tapi maaf, cuba kalau sudah menyangkut urusan ekonomi, urusan minyak, urusan petro dolar, akan lain lagi ceritanya.Lakum fuluusakum walii fuluusi (Bagi kamu wang kamu, dan bagiku wangku).
Kiranya tak ada jalan lain bagi umat Islam untuk bangkit dari kejatuhan, keterbelakangan, kemiskinan, dan segala keprihatinan yang merupakan ujian dan peringatan dari Tuhan kecuali kita harus kembali kepada ajaran Islam seperti yang telah dicontohkan oleh pembawa risalahnya Nabi Muhammad SAW yang pada hari ini kita peringati peristiwa Isra’-Mi’rajnya Nabi Muhammad SAWSemoga dengan memperingati Isra’Mi’raj ini akan dapat membangkitkan semangat persatuan, semangat Ukhuwwah Islamiyah dan semangat perpaduan dikalangan umat Islam. Amin.
Wassalaamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
________________

No comments:

Post a Comment

ARKIB NEGARA

KATEGORI

agama (87) Akhlaq dan Nasehat (1) Aqidah (1) Bencana alam (20) Cerita nasihat (24) formula (1) haji (22) Jumaat (8) keluarga (18) Kesihatan (13) Luar Negeri (5) Mekah (2) politik (4) Ramadhan (30) sahabat (3) Sains (17) sajak (8) Seni (2) surah aljumuah (1) tips (18) Umum (50) video (9) video nasyid (1)

My Salute